apa kabar, Aceh?

December 27, 2005

Di awal tahun ini, saya dan beberapa teman sempat mengunjungi Aceh. Memastikan secuil bantuan agar sampai di tangan mereka yang berhak. Kami juga mengajak beberapa teman dari media, untuk mengompori semangat pantang menyerah dan solidaritas bagi bangsa ini.

Tentu nggak asik kalo saya mesti cerita soal bagaimana bencana menggerus daerah ini. Semua media juga sudah menampilkannya dengan lengkap. Terlalu naif juga kalo saya menuturkan bagaimana the real superheroes menumpuk di Aceh. Basi. Kalo menulis begituan, gak usah bikin blog, jadi koresponden surat kabar aja.

Yang menarik buat saya, adalah kopi. Tapi soal kopi Aceh, prosesnya, warungnya, budayanya, orang-orang yang ada di dalamnya, saya kira sudah banyak yang lebih tahu.

Di antara puing-puing kehancuran, saya sempat melihat ada warung kopi. Dengan tenda darurat (tepatnya kain bekas spanduk yang disampirkan pada bambu –red) dan dingklik seadanya, uap kopi tetap mengepul dengan pekatnya.

Di dalamnya, wajah-wajah khas menyambut kami dengan hangat. Ditemani rokok kretek terselip di jari, keakraban menjalar tanpa harus banyak basa-basi. Cerita-cerita menyedihkan, dahsyat, mengerikan, pahit, getir, dan semangat mengalir lancar bersama tegukan kopi.

Itu salah satu pengalaman minum kopi yang terbaik bagi saya.

Leave a comment